Monday 30 June 2014

Rasmussen's Encephalitis


Rasmussen's Encephalitis merupakan suatu penyakit otak yang langka. Rasmussen's Encephalitis merupakan kelainan syaraf yang menyebabkan kejang dan sulit sekali dikendalikan. Umumnya menyerang anak yang berusia di bawah 10 tahun, baik pria maupun wanita.

Sebagian besar orang yang menderita Rasmussen's Encephalitis akan mengalami kejang dan kengalami kerusakan otak pada 8 hingga 12 bulan pertama, sebelum ia memasuki fase gagal syaraf secara permanen. Rasmussen's Encephalitis pertama kali didiagnosa pada tahun 1958 oleh Dr. Rasmussen dari Montreal, Kanada. Penyebab Rasmussen's Encephalitis tidak diketahui secara pasti. Para ilmuan dan dokter menduga kemungkinan adanya inveksi virus yang masuk ke tubuh dan mendekam di otak. Atau bisa juga terjadi karena penyakit auto imun. Rasmussen's Encephalitis memiliki gejala :
  1. Sering kali diawali dengan kejang kecil, yang secara bertahap diikuti oleh kejang yang lebih kompleks, yang menyerang sebagian tubuh (grand mall, merupakan suatu keadaan tubuh anak bergetar sangat hebat dan tidak beraturan).
  2. Kejang yang tidak dapat dikendalikan dapat merusak otak anak. Terganggunya pasokan oksigen ke otak dapat menimbulkan kerusakan otak yang sangat parah.
  3. Anak menderita kejang yang terus menerus tanpa henti, sehingga menyulitkan perawatan, encephalitis (pendarahan otak), hemi paresis (separuh tubuh menjadi lumpuh), dementia (hilangnya kepekaan intelektual dan emosi), kehilangan keterampilan motorik dan berbicara, serta kerusakkan mental.
Selain tanda-tanda dan gejala tersebut, dokter menggunakan metode lain untuk membantu mendiaknosa penyakit ini. Seperti menjalani beberapa tes seperti EEG monitoring (merupakan tes yangn mengukur dan mencatat aktivitas elektrik otak), CAT scan (X-rays), MRI, dan PET scan. Di antara itu semua, hemispherectomy merupakan salah satu metode perawatan yang paling sering dilakukan dan memiliki dampak yang paling menguntungkan. Hemispherectomy merupakan prosedur operasi di mana separuh bagian otak harus diangkat atau dibuang. Pemutusan hubungan antara dua bagian otak ini dilakukan untuk mencegah penyebaran kejang ke bagian fungsional dari otak. Tindakan ini dilakukan hanya untuk orang yang kondisi tubuhnya tidak pernah mengalami kemajuan setelah menjalani pengobatan, atau mengalami kejang yang sangat parah dari sebelah otaknya.

Berdasarkan penelitian, 85% orang yang fungsional otak bekerja akan mengalami kemajuan, sedangkan 60% bebas kejang, dan dalam beberapa kasus (terutama terjadi pada anak-anak) separuh otak yang satu akan mengambil alih fungsi otak yang terinfeksi atau sudah diangkat.

No comments: